BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

27 Mac 2011

Syirik Cinta..



Cinta merupakan kata yang paling popular di dunia saat ini. Semua orang pasti pernah mendengarnya dan setiap manusia pasti punya persepsi masing-masing terhadapnya. Ada yang mengagung-agungkan kata sedemikian rupa. Di dalam berbagai kesempatan dibahas dan diucapkan dengan penuh ghairah. Bahkan ada yang memberi simbol yang khas, berbentuk hati dengan warna yang khas pula, merah jambu.

Maka kita sering mendengar kata-kata cinta diulang di dalam buku-buku, novel, cerpen, dikumandangkan melalui lagu-lagu, diucapkan dalam filem-filem, dijadikan bualan para remaja, dan lain-lain. Pendeknya, masyarakat didominasi oleh kata cinta ini.

Para ahli falsafah mencuba menafsirkan makna atau pengertian balik kata “cinta”. Para penyair menuliskannya dalam puisi sebagai keindahan, sebahagian manusia lain merasa mabuk cinta sehingga bertingkah laku di luar batas kewarasan. Cinta seperti ini akarnya adalah hawa nafsu yang menyesatkan.

“Dengan Yang demikian, Bagaimana fikiranmu (Wahai Muhammad) terhadap orang Yang menjadikan hawa nafsunya: Tuhan Yang dipatuhinya, dan ia pula disesatkan oleh Allah kerana diketahuiNya (bahawa ia tetap kufur ingkar), dan dimeteraikan pula atas pendengarannya dan hatinya, serta diadakan lapisan penutup atas penglihatannya? maka siapakah lagi Yang dapat memberi hidayah petunjuk kepadanya sesudah Allah (menjadikan Dia berkeadaan demikian)? oleh itu, mengapa kamu (Wahai orang-orang Yang ingkar) tidak ingat dan insaf?”
(Surah al-Jatsiyah:23)

Memang, Allah SWT menjelaskan bahawa cinta pada mulanya merupakan suatu pembawaan pada diri manusia. Firman Allah yang artinya:

“Dihiaskan pada manusia kecintaan pada segala hal yang dia inginkan; daripada wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kendaraan yang ditambat, binatang-binatang ternak, sawah ladang.”
(QS. Ali Imran : 14).

Maksudnya, Allah telah menjadikan syahwat (keinginan) pada manusia untuk menguasai perhiasan hidup dunia. Maka pada manusia ada nafsu seksual, nafsu ingin kaya dan banyak harta, nafsu ingin berkuasa, ingin popular, ingin memiliki jaminan hidup, masa depan yang gemilang, dan sebagainya.

Tetapi kemudian banyak yang menyimpang dalam mencintai wanita, keturunan, harta dan jaminan hidup ini. Mereka mencintai dunia tanpa aturan dan lupa pada Pencipta semua itu, yaitu Allah SWT. Mereka lalai mencintai Pencipta segala kesenangan duniawi itu. Akibatnya mereka mendapat laknat Allah, malaikat, langit dan bumi, serta semua yang dapat melaknati.



Syirik Cinta

Cinta dunia berdasarkan syahwat ini seringkali mendominasi manusia sehingga membuatnya lupa pada cinta sejati. Ada manusia yang mencintai wanita (kekasih) sama dengan mencintai Allah, ada yang mencintai tanah air dan bangsa sama dengan mencintai Allah. Sikap cinta seperti itu berarti mengadakan tandingan selain Allah. Dan hal ini merupakan kemusyrikan yang dilaknat Allah:

“Dan di antara manusia ada yang mengambil andad (tandingan-tandingan) selain Allah (untuk dicintai). Mereka mencintai tandingan-tandingan itu sama dengan mencintai Allah.”
(QS. Al-Baqarah: 165).

Yaitu mereka mencintai sesuatu yang disukainya sama dengan mencintai Allah atau bahkan lebih dari mencintai Allah. Terhadap kekasihnya ia rela berkorban meski pun dengan memberikan nyawa. Ia akan bunuh diri bila putus cinta. Ada lagi yang mati-matian membela bangsanya, pada masa yang sama mengabaikan hukum-hakam dan undang-undang syariat Allah.

Cintanya kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul hanya sekadar menjadikan kitab Al Quran dan kitab Hadis Nabi sebagai hiasan dan tangkal ataupun bacaan pembukaan majlis semata-mata. Na’uzubillah.

Kerusakan Masyarakat Akibat Syirik Cinta

Di tengah masyarakat yang terkena wabah syirik cinta segala kesenangan duniawi menjadi prioritas hidup. Si kaya mengeksploitasi si miskin untuk mendapat kesenangan hidup. Si kuat mendominasi yang lemah guna mempertahankan kekuasaan. Halal dan haram sudah tidak diperdulikan. Mana yang benar dan mana yang salah menjadi kabur.

Perbuatan jelek sering dianggap suatu kebaktian, sedang perbuatan baik dianggap pengkhianatan. Para pedagang menjadi manusia yang curang dan rakus terhadap harta. Para pegawai menjadi koruptor dan pengkhianat. Pelayanan masyarakat penuh dengan sogok menyogok. Wang riba dikatakan halal. Perbuatan zina dan maksiat dijadikan profesi.

Untuk mendapatkan penghasilan (wang), orang mau melaksanakan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan hukum. Kerana hukumnya bukan hukum Allah maka pelanggaran susila, judi, dan sebagainya masih menyebar dan diperbolehkan. Paling banter hanya dilokalisasikan. Akhbar-akhbar, majalah, televisyen, filem-filem, panggung-panggung hiburan, tontonan, penerangan-penerangan, semuanya mengarahkan pada seks, cinta dunia (wang) dan mengikuti hawa nafsu yang rendah.

Tidak menghairankan, saat ini manusia saling memperbudak satu dengan yang lain. Atau menjadi budak wang, perempuan, jabatan, populariti, atau benda-benda yang dijadikan dambaannya. Keadaan ini sungguh memprihatinkan. Kita seperti berada di pinggir jurang neraka! Kerana laknat Allah pasti akan menimpa masyarakat yang seperti itu. Rasulullah SAW mengingatkan dengan sabdanya:

“Celakalah hamba dunia, hamba dirham, celakalah hamba pakaian (mode) yaitu bila ia diberi ia merasa senang, tapi jika tidak ia murka.”
(HR. Bukhari)

Cinta Dunia

Saat ini umat Islam mengalami penyakit yang paling parah sepanjang sejarah. Penyakit yang diakibatkan kelalaian mereka sendiri terhadap ajaran Al-Qur’an dan Sunnah serta pengaruh dari musuh-musuh Islam. Inilah penyakit “Wahan” yang didefinisikan Rasulullah SAW sebagai “Hubbud dunya wa karahiyatul maut”, cinta dunia dan takut mati.

Faham materialisme yang saat ini membahana di dunia, juga mempengaruhi ummat Islam sehingga tersebar luaslah fenomena kemurtadan yang merambah luas. Banyak kaum muslimin yang merasa puas dengan kehidupan duniawi ini. Mereka lalai dari peringatan Allah SWT, yang ertinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya adalah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.”
(QS. Yunus : 7-8).

Konsepsi Islam Tentang Cinta

Manusia hendaknya menjadikan Allah saja sebagai kecintaan yang utama. Setelah itu, boleh mencintai selain Allah asal dengan landasan mencintai Allah. Bila manusia didominasi oleh cinta selain Allah, maka ia akan menjadi hamba selain Allah. Dengan demikian ia terjerumus dalam “syirkul mahabbah” atau syirik cinta.

Untuk itu seorang muslim harus memiliki prioritas cinta. Yaitu memahami mana yang harus didahulukan dan mana yang ditangguhkan dalam bercinta. Keutamaan itu adalah:



Pertama, Cinta kepada Allah.

Ini merupakan cinta di atas segala kecintaan (faoqa kulli hubbin). Menjadi dasar dari kecintaan lainnya. Orang beriman mencintai Allah dengan teramat sangat,

“Dan orang-orang yang beriman teramat sangat cintanya kepada Allah.”
(QS. Al-Baqarah: 165).

Cinta ini melahirkan penghambaan kepada Allah. Segala bentuk ketaatan, kesetiaan, kepatuhan dan ketundukan ditujukan untuk Allah saja. Maka hukum peraturan dan undang-undang-Nya wajib dilaksanakan.

Kedua, Cinta kepada Rasul.
Iaitu mencintai Rasul Allah, Muhammad SAW dan ajaran bimbingan hidup yang dibawanya. Cinta kepada Rasul termasuk cinta pada Islam. Untuk itu muslim wajib memperjuangkan Dienullah (agama Allah) dan siap berkorban demi tegaknya Islam. Rasulullah bersabda:

“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintainya dari anak, bapa, dan manusia seluruhnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Ketiga, Cinta kepada Jihad.
Iaitu mencintai segala hal yang membawa pada ketinggian Islam. Khususnya orang-orang beriman yaitu mereka yang mengamalkan dan memperjuangkan Dien Allah. Rasulullah menjelaskan:

“Tidak beriman salah seorang kamu sebelum mencintai saudaranya sama dengan mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Muslim).

Mereka adalah saudara seiman dan se-Islam. Orang-orang beriman ini terdiri dari keluarga seperti isteri, anak, dan sanak saudara. Dan bukan keluarga. Semua terikat dalam jalinan ukhuwwah Islamiyyah yang dilandasi dengan aqidah dan keimanan kepada Allah.

Keempat, Mencintai yang lain kerana Allah.
Setelah mencintai tiga hal di atas, muslim pun boleh mencintai yang lain karena Allah. Mencintai segala yang membawa kemaslahatan pada agama Allah dan kaum muslimin. Rasulullah menjelaskan,

“Ada tiga hal, bila kesemuanya ada pada seseorang, dia akan merasakan lazatnya iman; pertama, bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari yang selain keduanya. Kedua, dia mencintai seseorang hanya karena cintanya kepada Allah. Ketiga, dia sangat takut kembali pada kekufuran seperti takutnya dimasukkan ke dalam neraka, maka ia menjauhinya.”
(HR. Bukhari Muslim).

Mencintai pekerjaan, mencintai rumah tempat tinggal, dan sebagainya tidak dilarang. Hanya tidak boleh melampaui kecintaan terhadap Allah, Rasul, dan Jihad di jalan-Nya. Juga tidak boleh melalaikan dari peningkatan iman dan takwa kepada Allah. Kegiatan apapun yang membawa pada peningkatan iman boleh dilakukan. Keutamaan tetap mengikuti urutan di atas. Ertinya, kepentingan Islam dan perjuangan harus selalu didahulukan baru kepentingan lainnya. Allah SWT memperingatkan:

“Katakanlah (Hai Muhammad): “Jika bapa-bapa, anak-anak, isteri-isteri, harta kekayaan yang kamu sukai, harta perniagaan yang kamu bimbangkan kerugiannya, tempat-tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari Allah, Rasul, dan Jihad di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan hukuman-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasiq.”
(QS. At-Taubah: 24).

Bila konsepsi yang mulia ini dilaksanakan oleh kaum muslimin, maka mereka akan terhindar dari wabak syirik cinta yang sangat berbahaya itu. Aqidah Islam yang benar mampu membasmi syirik sampai ke akar-akarnya. Konsepsi Tauhid tentang cinta adalah konsepsi yang bisa menyelesaikan problematika yang dihadapi manusia saat ini. Al-Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :

“Ada empat macam bentuk mahabbah (cinta) yang harus dibezakan antara satu sama lain, kerana orang yang tidak dapat membezakannya pasti tersesat, ke empat macam mahabbah itu adalah : Pertama : Mahabatullah (mencintai Allah) Mahabatullah saja tidak mencukupi untuk dapat selamat dari azab Allah dan beruntung meraih pahalaNya, Sebab kaum musyrikin, para penyembah salib (kaum nashrani) kaum Yahudi dan selainnya merekapun mencintai Allah juga Kedua : Mahabbatu ma yuhibbullah (mencintai apa saja yang dicintai oleh Allah) Mahabbah inilah yang memasukkan seseorang kedalam islam serta mengeluarkannya fari kekufuran. Manusia yang paling dicintai oleh Allah ta’ala adalah orang orang yang paling hebat dalam ber- “mahabbatu ma yuhibbullah” Ketiga : Al-Hubb Lillah wa Al-hubb Fillah ( cinta demi Allah dan cinta karena Allah) Ini merupakan bagian dari konsekwensi “mahabbatu ma yuhibbullah”. “mahabbatu ma yuhibbullah” itu takkan tegak kecuali harus dengan Al-Hubb Lillah wa Al-hubb Fillah ini. Keempat : Al-Mahabbah Ma’allah (mencintai seseuatu dan mensejajarkannya dengan kecintaan kepada Allah ) Ini merupakan “al-mahbbah as-syirkiyah” (kecintaan bercabang, kecintaan yang bersifat syirik) barangsiapa yang ber- “mahabbah ma’alllah” terhadap sesuatau, maka ia bererti telah menjadikan segala sesuatu yang ia cintai selain Allah itu sebagai tandingan terhadap Allah. Ini adalah mahabbahnya kaum musyrikin.”


Sekian sahaja, wallahu a'lam..